LAPORAN PENDAHULUAN
CARSINOMA SERVIKS UTERUS
I.
Definisi
§
Carsinoma adalah
pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epiteliol yang cenderung
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.
(Dorland, Kamus Saku Kedokteran, Edisi 25 ; 185. Jakarta : EGC. 1998)
§
Carsinoma serviks uterus
merupakan pertumbuhan baru yang ganas, terdiri dari sel-sel epiteliol yang
cenderung menginfiltasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis pada
bagian mulut rahim.
II. Pembagian Tingkat Keganasan
1.
Klasifikasi Carsinoma serviks
menurut stadiumnya
a.
Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan cervisitis chronica biasa.
b.
Stadium permulaan
Seiring tampak sebagian lesi di sekitar ostium
eksternum. Pada batas kedua jenis epitel tampak sebagai daerah yang ranuler,
keras, lebih tinggi dari sekitarnya dan mudah berdarah. Kadang-kadang
permukaannya ditutup oleh pertumbuhan yang papiler.
c.
Stadium setengah lanjut
(moderately advanced stage)
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir
portio. Bentuknya seperti bloemkod (cauliflower growth). Bentuk ini disebut
everting atau exophytic. Bila tumbuhnya ke dalam jaringan serviks disebut
inverting atau endophytic. Teraba sebagai indurasi yang keras.
d.
Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulcus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah. Vagina
disekitarnya jadi keras. Juga ligamentum latum sebagai akibat infiltrasi
jaringan Ca dan juga karena infeksi. Kalau tumbuhnya hanya exophytic saja,
serviks dapat sedemikian besarnya, sehingga mengisi seluruh vagina tetapi tanpa
infiltrasi ke jaringan sekitarnya, selanjutnya jaringan Ca dapat mengenai
rectum, kandung kencing, dan menyebabkan fistula.
2.
Klasifikasi keganasan klinik
menurut Figo, 1978:
Tingkat |
Kriteria
|
0
|
Karsinoma insitu (Kis) atau karsinoma intraepitel: membrana basalis
masih utuh
|
1
|
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uter1
|
1a
|
Karsinoma mikro invasif: bila membrana basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stroma tak lebih 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat
dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
*) kedalaman invasil 3 mm sebaiknya diganti dengan tidak lebih 1 mm
|
1b acc
|
(1b accult : 1b yang tersembunyi): secara klinis tumor belum tampak
sebagai carsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor
telah mengadakan invasi stroma melebihi 1a.
|
1b
|
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi
ke dalam stroma serviks uteri
|
II
|
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
|
IIa
|
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrasi
tumor.
|
IIb
|
Penyebaran ke parametrium, unilateral atau bilateral tetapi belum
sampai dinding panggul.
|
III
|
Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke
parametrium sampai dinding panggul
|
III a
|
Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina. Sedang ke parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul
|
III b
|
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau proses
pada tingkat klinik I dan II tetapu sudah ada gangguan faal ginjal.
|
IV
|
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rectum dan atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah
terjadi metastasis keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh.
|
Iva
|
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rectum dan atau kandung kemih.
|
IV b
|
Telah terjadi penyebaran jauh
|
III. Epidemiologi
Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki
perangkat pertama di Indonesia.
Umur penderita antara 30-60 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun. Periode laten
dari fase pra invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita
berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat
didiagnosis, sedangkan 53% dari Kis terdapat pada wanita di bawah usia 35
tahun.
IV.
Etiologi
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan
erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting adalah:
1.
Perkawinan usia muda (<16
tahun)
2.
Pasangan seksual yang
berganti-ganti
3.
Jumlah kelahiran dengan jarak
pendek dan terlalu banyak
4.
Paling banyak terjadi pada usia
40-50 tahun
5.
Perlukaan mulut rahim yang tidak
mendapat pengobatan yang tepat
6.
Infeksi virus HPV tipe 16/18
7.
Makin banyak dijumpai pada mereka
dengan kondisi sosial ekonomi rendah
8.
Hygiene hubungan seksual yang
kurang sehat
9.
Jarang ditemukan pada perawat
(Virgo)
10. Kebiasaan merokok
11. Jarang ditemukan pada masyarakat yang suaminya disunat
(sirkumsisi)
V.
Patologi
Karsinoma timbul di batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (portion) dan endoserviks kanalis servikalis yang disebut sebagai
squamu columnas junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dan portio dengan epitel kuboid atau silindris pendek
selapis bersilia dari endoserviks kanalis servikalis. Pada awal
perkembangannya, kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan. Pada
pemeriksaan dengan speculum tampak sebagai portio yang erosif (metaplasi
squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh:
1.
Eksofilik mulai dari SCJ ke arah
lumen vagina sebagai massa
proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis
2.
Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke
dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus
3.
Ulseratif mulai dari SCJ dan
cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal kornises
vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
VI.
Pohon Masalah
Serviks
normal
↓
proses
metaplasi (erosio)
↓
kedua
jenis epitel saling berdesakan
↓
mutagen
masuk
↓
porsio
yang erosif yang semula fisiologik
↓
patologik (mee
tingkat Nis II, III, Kis: Proses laten)
daya tahan tubuh lemah daya tahan
tubuh baik
↓ ↓
proses laten terjadi semakin cepat proses laten
melambat
↓ ↓
3-20
tahun (rata-rata 5-10 tahun) bisa
> 20 tahun
karsinoma invasif
↓
proses keganasan akan berjalan terus
VII.
Gejala Klinis Keganasan Mulut Rahim
1.
Keputihan yang sulit sembuh dan
disertai bau
2.
Perdarahan : terdapat kontak
berdarah dan kemungkinan terdapat rasa sakit saat hubungan seksual
(dispareunia)
3.
Perdarahan spontan di luar
senggama (umum terjadi tingkat klinik II/III)
4.
Perdarahan spontan saat defekasi
5.
Anemia
Pada stadium dini keadaan umum penderita masih baik, tetapi pada stadium
lanjut keadaan umum dapat mengalami kemerosotan kesehatan. penderita akan:
a.
Tampak pucat
b.
Kurus
c.
Nafsu makan menurun
d.
Mengeluarkan keputihan bercampur
darah dan berbau
e.
Perut bagian bawah terasa sesak
dan disertai nyeri
f.
Tungkai bagian bawah dapat bengkak
karena bendungan pada pembuluh darah balik di kaki.
VIII. Diagnostik
Untuk mengetahui adanya keganasan mulut rahim secara dini dapat dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
1.
Pengambilan pap smear berkala
dengan rancangan (usia 35-40 tahun setiap tahun sekali, usia 40-50 tahun setiap
enam bulan)
2.
melakukan mikrokuretase
intraservikal (kuret kecil pada leher rahim)
3.
Sitologi
Keuntungan:
-
Murah
-
Dapat memeriksa bagian-bagian yang
tidak terlihat
Kelemahan:
-
Tidak dapat menentukan dengan
tepat lokalisasi
4.
Schiller Test
Dasarnya:
-
Epitel Ca tidak mengandung
glikogen, karena itu tidak dapat mengikat yodium.
-
Kalau portio diberi yodium, maka
epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedangkan yang Ca tidak berwarna,
sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan test positif.
5.
Kolposkopi
-
Kolposkop : alat untuk melihat
cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
-
Cervix mula-mula dibersihkan
dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3%.
-
Hasil pemeriksaan kolposkopi:
a.
Benigna
-
Epitel gepeng yang normal
-
Ectopi
-
Zone transforman
-
Perubahan peradangan
b.
Suspect
-
Lekoplakia
-
Punctuation : daerah berbintik
merah
-
Papillary punctuation
-
Mosaic
-
Transformasi yang atypis
-
Keuntungan : dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
-
Kelemahan : hanya dapat memeriksa
daerah yang terlihat saja, yaitu portio, sedang kelainan pada squamos columnor
junction dan intra cervical tidak terlihat.
6.
Kolpomikroskopi
-
Pembesaran 200 kali
-
Sebelum dilihat dengan kolposkop
diwarnai dulu dengan meyer hematoxylin atau toluidine blue, diskaryose dan
sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat.
7.
Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsy,
berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi, kalau perlu diadakan multiple punch
biopsy atau kuretase serviks. Dengan biopsy dapat ditentukan jenis Ca nya.
8.
Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan
pisau (cold conization)
Syaratnya:
-
Jaringan yang diangkat harus
berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng portio beserta stroma dan
kelenjarnya.
-
Harus memotong beberapa lapisan
pada dataran yang berbeda supaya daerah Ca intraepithelial yang kecil tidak
terlewati.
IX.
Pengobatan / Terapi
a. Ca In Situ
-
Hysterektomi totalis dan
pengangkatan vagina secukupnya
-
Amputasi serviks atau konisasi →
dilakukan pada wanita yang masih ingin mempunyai anak.
b. Terapi dari Clinical Ca (stadium
Ib ke atas : macro carcinoma)
1.
Irradiasi
Keuntungan:
-
Dapat dipakai untuk semua stadia
-
Dapat dipakai untuk wanita gemuk,
tua dan pada medial risk
-
Tidak menyebabkan kematian seperti
pada operasi, walaupun kadang-kadang menyebabkan komplikasi.
Dosis:
Penyinaran ditujukan pada point A (untuk jaringan Ca yang terletak di
serviks) dan point B (untuk sel Ca di kelenjar limpha)
Point
A : - 2 cm lateral dari sumbu uterus dan 2 cm di
atas formiks vagina
-
6000-6500 rads, diberikan dalam 2
aplikasi dengan interval 2 minggu
point
B : - 3 cm lateral dari point A
-
5000-5500 dengan kombinasi cesium
dan eksternal bean therapy
Komplikasi irradiasi:
-
kerentanan kandung kemih
-
diarrhoe
-
perdarahan rectal
-
fistula vesika atau recto
vaginalis
2.
Operasi
-
Operasi Wertheim dan
limfadenektomi untuk stadia I dan II
-
Operasi scauta : hysterektomi
vagina yang radikal
3.
Kombinasi : irradiasi dan
pembedahan
Tidak dilakukan secara rutin, karena radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, oedema, sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dan sering ke sistem limfe dan peredaran darah.
4.
Cytostatica : bleomyan
c.
Pada stadium lanjut pengobatan
sudah tidak mungkin dilakukan kecuali dengan penyinaran ronsen (radiasi) dari
luar dan memberikan cytostatika (kemoterapi) yang hasilnya tidak terlalu
memuaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar